Press "Enter" to skip to content

Skandal dan Kontroversi: Mengapa Netanyahu Mendadak Minta Maaf kepada Qatar?

Hubungan diplomatik di Timur Tengah selalu dipenuhi gejolak, dan episode terbaru melibatkan permintaan maaf mendadak dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kepada Qatar. Permintaan maaf ini lahir dari sebuah Skandal dan Kontroversi yang bermula dari kebocoran rekaman suara internal pada awal Desember 2025, di mana Netanyahu terdengar melontarkan kritik keras dan meremehkan peran Qatar sebagai mediator kunci dalam konflik Gaza. Tindakan diplomatik yang tidak biasa ini memicu kebingungan dan kemarahan, khususnya karena Qatar merupakan jalur komunikasi vital dan satu-satunya penghubung yang berhasil memfasilitasi pertukaran sandera dan bantuan kemanusiaan.

Kebocoran rekaman tersebut, yang pertama kali dipublikasikan oleh Channel 12 News Israel pada 3 Desember 2025, menangkap Netanyahu yang menuduh Qatar “membiayai Hamas” dan mempertanyakan efektivitas serta niat baik Doha sebagai penengah. Rekaman ini segera menimbulkan reaksi keras dari Doha. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Dr. Majed Al-Ansari, mengeluarkan pernyataan resmi pada 4 Desember 2025, yang menyebut komentar Netanyahu “tidak konstruktif” dan “merusak upaya mediasi.” Ancaman implisit untuk menarik diri dari perundingan, yang saat itu sedang mencoba mengamankan pembebasan 5 sandera lagi, menjadi perhatian serius bagi kabinet perang Israel.

Situasi ini berubah menjadi Skandal dan Kontroversi domestik yang besar di Israel. Keluarga sandera menuntut klarifikasi dan khawatir pernyataan Netanyahu akan membahayakan nyawa orang yang mereka cintai. Menyadari risiko diplomatik dan kemanusiaan yang sangat tinggi, Kantor Perdana Menteri Israel segera mengambil langkah perbaikan. Pada hari Jumat, 6 Desember 2025, Netanyahu secara pribadi menelepon Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, untuk menyampaikan permintaan maaf yang tulus dan menegaskan kembali apresiasi Israel terhadap peran Mediasi Qatar.

Permintaan maaf ini, yang jarang terjadi dalam politik Israel, menjadi pengakuan akan pentingnya Qatar sebagai perantara yang hampir tak tergantikan. Skandal dan Kontroversi ini akhirnya meredam setelah Qatar mengonfirmasi penerimaan permintaan maaf tersebut dan menyatakan komitmen untuk melanjutkan upaya mediasi. Peristiwa ini menunjukkan bahwa di tengah konflik berdarah, bahkan pemimpin politik paling vokal pun terpaksa tunduk pada kebutuhan diplomasi back-channel dan mengakui Kebutuhan Mediator yang netral demi kepentingan nasional dan kemanusiaan. Kontak antara Netanyahu dan Emir Qatar selama 40 menit tersebut berhasil meredakan ketegangan dan membuka kembali jalur negosiasi yang sempat terhenti.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org