Dalam cerita rakyat Nusantara, kemunculan Kuntilanak seringkali didahului oleh tanda-tanda sensorik yang khas. Dua aroma yang saling bertolak belakang menjadi peringatan utama kehadirannya: bau busuk yang menyengat, diikuti oleh wangi semerbak Aroma Bunga kamboja atau melati. Perubahan drastis penciuman ini dianggap sebagai kode keras bahwa Anda berada dalam jarak dekat dengan entitas gaib tersebut.
Bau busuk yang muncul secara tiba-tiba dipercaya berasal dari tubuh Kuntilanak itu sendiri, yang merefleksikan kondisi kematiannya yang tidak sempurna dan menyakitkan. Bau ini berfungsi sebagai sinyal pertama yang menimbulkan rasa takut dan ketidaknyamanan. Perubahan atmosfer yang cepat dari normal menjadi mencekam membuat orang secara naluriah mencari sumber bau tersebut.
Namun, yang paling misterius adalah Aroma Bunga kamboja yang tiba-tiba tercium kuat. Bunga kamboja sendiri sering dikaitkan dengan ritual dan kuburan. Wangi yang manis dan kuat ini diyakini sebagai penarik atau pancingan Kuntilanak untuk menarik perhatian korbannya, seolah ia ingin menyembunyikan bau busuk aslinya dengan wewangian yang memikat.
Beberapa ahli supranatural percaya bahwa pola perubahan aroma ini memiliki makna tersembunyi. Jika Anda mencium Aroma Bunga kamboja, itu menandakan bahwa Kuntilanak berada di kejauhan. Tetapi jika aroma itu kemudian menghilang tiba-tiba dan berganti menjadi bau busuk, itu berarti sosoknya telah mendekat, siap untuk menampakkan diri atau mengganggu Anda.
Secara ilmiah, fenomena perubahan aroma ini sulit dijelaskan, namun secara psikologis, ia sangat efektif. Kombinasi kontras antara wangi dan busuk meningkatkan kecemasan dan memicu respons fight or flight pada manusia. Hal ini membuktikan bahwa elemen sensory sangat penting dalam menciptakan kisah seram yang memengaruhi psikologis seseorang.
Masyarakat tradisional menggunakan tanda-tanda aroma ini sebagai patokan untuk keselamatan. Ketika tercium bau-bauan yang aneh di malam hari, warga akan segera meningkatkan kewaspadaan atau bahkan memilih untuk menjauhi area tersebut. Kearifan lokal ini secara tidak langsung membantu orang menghindari daerah yang memang sepi dan berisiko.
Mitos ini juga memperkuat asosiasi Kuntilanak dengan tempat-tempat tertentu. Pohon kamboja, yang sering ditanam di area pekuburan, menjadi tempat favoritnya. Dengan demikian, Aroma Bunga kamboja bukan hanya sekadar wangi, tetapi juga penanda geospasial bagi keberadaan sang hantu perempuan yang melegenda di seluruh Nusantara.
