Press "Enter" to skip to content

Menggali Trauma: Mengulas The Look of Silence (2014) Menjadi Penggemar Di papua

The Look of Silence (2014) adalah sekuel yang mendalam dan menggugah dari film kontroversial The Act of Killing, yang juga berhasil meraih banyak penghargaan dan pujian kritis. Jika film sebelumnya berfokus pada sudut pandang para pelaku pembantaian 1965-1966, kini membawa penonton untuk melihat trauma dari perspektif para korban dan keluarga mereka. Film ini adalah perjalanan emosional yang menyakitkan namun esensial.

Film mengikuti Adi Rukun, seorang optometri yang kehilangan kakaknya dalam pembantaian massal tersebut. Dengan dalih memeriksa mata, Adi menemui para pelaku yang bertanggung jawab atas kematian saudaranya. yang tegang dan penuh emosi, film ini secara perlahan mengungkap luka yang belum sembuh dan kebisuan yang telah lama menyelimuti korban, sebuah upaya pencarian kebenaran yang tak kenal lelah.

Salah satu kekuatan utama adalah kemampuannya untuk menangkap keheningan yang mencekam. Judul film ini sendiri mencerminkan betapa sulitnya bagi korban untuk berbicara, dan betapa dinginnya respons para pelaku ketika dihadapkan pada masa lalu mereka. Keheningan ini seringkali lebih berbicara daripada kata-kata, mengungkapkan kedalaman trauma dan impunitas yang masih ada.

juga menyoroti bagaimana keluarga korban harus hidup berdampingan dengan para pembunuh di komunitas yang sama. Konflik batin Adi saat berhadapan langsung dengan para pelaku yang masih hidup bebas adalah inti dari film ini. Ini adalah realitas pahit yang memperlihatkan ketidakadilan dan kurangnya rekonsiliasi pasca peristiwa tragis 1965-1966.

Pujian kritis yang diraih datang dari berbagai penjuru dunia. Film ini memenangkan Grand Jury Prize di Festival Film Venesia, dan masuk nominasi Oscar untuk Film Dokumenter Terbaik, mengikuti jejak pendahulunya. Pengakuan ini menegaskan relevansi universal film dalam membahas kejahatan terhadap kemanusiaan dan dampak jangka panjangnya terhadap masyarakat yang terkena dampak.

Dampak melampaui layar lebar, memicu diskusi yang lebih mendalam tentang keadilan dan rekonsiliasi di Indonesia. Film ini memberikan suara kepada para korban yang selama ini terbungkam, mendorong masyarakat untuk menghadapi sejarah mereka dengan lebih jujur dan mencari cara untuk menyembuhkan luka masa lalu secara bersama-sama.

Film ini adalah pengingat penting bahwa trauma kolektif membutuhkan pengakuan dan proses penyembuhan. The Look of Silence bukan hanya dokumentasi sejarah, melainkan sebuah seruan untuk keadilan, empati, dan pengampunan. Ini adalah karya sinematik yang kuat dan esensial, membuka mata hati penonton terhadap realitas yang seringkali disembunyikan.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org