Absensi dan turnover karyawan yang tinggi menjadi masalah serius bagi perusahaan di Papua. Karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental cenderung lebih sering mengambil cuti sakit atau bahkan mengundurkan diri. Fenomena ini tidak hanya mengganggu operasional, tetapi juga menyebabkan kerugian finansial signifikan karena biaya rekrutmen dan pelatihan karyawan baru.
Dampak langsung dari absensi yang tinggi adalah penurunan produktivitas. Ketika karyawan sering tidak masuk, beban kerja tim lainnya meningkat, dan proyek bisa tertunda. Ini berdampak pada efisiensi perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi target, terutama di Papua yang memiliki tantangan logistik dan sumber daya unik.
Selain absensi, tingginya turnover karyawan juga menjadi indikator masalah kesehatan mental di tempat kerja. Karyawan yang tidak bahagia atau tertekan secara mental akan mencari lingkungan kerja yang lebih baik, menyebabkan mereka keluar dari perusahaan. Ini menciptakan siklus rekrutmen dan pelatihan yang tidak pernah berakhir.
Kerugian finansial akibat tingginya absensi dan turnover sangat besar. Biaya rekrutmen karyawan baru, mulai dari iklan lowongan, proses wawancara, hingga administrasi, bisa mencapai puluhan juta rupiah per individu. Ini belum termasuk waktu dan sumber daya yang dihabiskan tim HR.
Kemudian, ada biaya pelatihan karyawan baru. Mereka memerlukan waktu untuk beradaptasi dan memahami budaya serta sistem kerja perusahaan. Selama periode ini, produktivitas mereka belum maksimal, yang juga merupakan bagian dari Kerugian Ekonomi yang harus ditanggung perusahaan di Papua.
Untuk mengatasi tingginya absensi dan turnover, perusahaan di Papua perlu mengutamakan kesehatan mental karyawan. Meningkatkan kesadaran tentang isu ini di seluruh jenjang organisasi adalah langkah awal yang krusial. Budaya yang mendukung karyawan untuk berbicara tentang masalah mental mereka tanpa stigma sangat dibutuhkan.
Program dukungan kesehatan mental harus disediakan. Ini bisa berupa layanan konseling rahasia, akses ke psikolog atau psikiater, serta program wellness yang fokus pada keseimbangan kerja-hidup. Investasi pada kesejahteraan karyawan adalah investasi jangka panjang untuk stabilitas operasional.
Melibatkan pemerintah dan praktisi kesehatan lokal dalam merancang program dukungan yang sesuai dengan konteks budaya di Papua juga penting. Pendekatan yang sensitif terhadap kearifan lokal dapat meningkatkan penerimaan dan efektivitas program kesehatan mental di tempat kerja.
